CERITA MESUM TUKAR PASANGAN MEMINJAMI MEMEK
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Terlebih dahulu aku akan memperkenalkan diriku,
namaku Hasim saat ini usiaku 29 tahun dan aku baru saja diterima bekerja di
sebuah perusahaan asing di ibu kota, atasan saya namanya Ricko asal dari USA,
karena aku dan atasanku mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf jadi aku
dan atasanku sangat akrab.
Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu
perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita
teman-teman istri Ricko, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan
badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood.Aku sendiri belum pernah
bertemu secara langsung dengan istri Ricko, hanya melihat fotonya yang terletak
di meja kerja Ricko. Suatu hari saya memasang foto saya berdua denga Filia
istri saya, yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya.
Pada waktu Ricko melihat foto itu, secara
spontan dia memuji kecantikan Filia dan sejak saat itu pula saya mengamati
kalau Ricko sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang
kerja saya.
Suatu hari Ricko mengundang saya untuk makan
malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih
mengenal istri masing-masing.
“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak
istrimu Filia juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar
istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku
sampaikan ke Filia. Pada mulanya Filia agak segan juga untuk pergi, karena
menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan
mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Ricko dan Istrinya sangat lancar
berbahasa Indonesia, akhirnya Filia mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner
segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau
didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia
tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Filia, selalu
gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia
selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.
Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen
Ricko yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik,
sementara Filia memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan
tergerai tanpa hiasan apapun.
Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera
menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang
wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang
dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Hasim dan Filia yah?, silakan.., masuk..,
silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Ricko”.
Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi
langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang
kerja Ricko. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Filia istriku”.
Setelah Filia berkenalan dengan Lillian, ia
diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Ricko
mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek
untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan
itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup
lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga
cukup. Berani!”.
Aku excited sekali, baru kali itu diserahi
tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Ricko segera mengembang, kemudian ia
berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian
kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”,
kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti
aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang
aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya
kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Ricko melanjutkan,
“Nggak ada paksaan kok, aku jamin Filia dan
Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju..,
selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Lillian aku
menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih?
Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue
film.
Tapi dilain pihak kalau membayangkan Filia
dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak
tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Ricko telah melanjutkan
dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Filia sukanya kalo making love
style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah
ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis
pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat
terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan
menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat
saya sangat terangsang!”, kata Ricko.
“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy
style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga,
belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap
mulut mungil Lillian itu.
Kemudian lanjut Ricko meyakinkanku, “Oke deh..,
enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana
ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Filia aku kasih bubuk penghangat
sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga,
apakah Ricko akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau
begitu tidak rela aku.
Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga.
Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Ricko cepat-cepat menambahkan, “Bukan
obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan
selanjutnya, “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Filia di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar.
Juga rencana Ricko. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai
bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus,
duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak
gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar.
Melihat tanda-tanda itu, Ricko mengedipkan
matanya pada saya dan berkata pada Filia, “Nin.., mari duduk di depan TV saja,
lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Filia, Ricko segera berdiri,
menarik kursi Filia dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di
ruang tengah.
Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera
memegang tanganku. “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan
bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas
menyaksikan tangan Ricko mulai bergerilya di pundak dan punggung Filia,
memijit-mijit dan mengusap-usap halus.
Sementara Filia kelihatan makin gelisah saja,
badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap
kali tangan Ricko yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.
Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang
yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat
langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di
kursi panjang tersebut.
Terlihat tindakan Ricko semakin berani, dari
belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Filia
hingga kancing terakhir. BH Filia segera menyembul, menyembunyikan dua bukit
mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Filia terpejam, badannya
terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,
“Apakah Filia telah diberi obat tidur, atau
obat perangsang oleh Ricko?, atau apakah Filia pingsan atau sedang terbuai
menikmati permainan tangan Ricko?”. Filia tampaknya pasrah seakan-akan tidak
menyadari keadaan sekitarnya.
Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan
gairah menerpaku, melihat Filia seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan
Ricko dikulitnya dan ciuman nafsu Rickopun disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule
terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau
rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Ricko yang sedang duduk di
sampingku.
Niat untuk merasakan kuda putih segera akan
terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lillian, terasa bukit
kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya
sedang mengerjai wanita mungil.
Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu
masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya.
Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh.., aaghh..,
aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya
sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Ricko telah
meningkatkan aksinya terhadap Filia, terlihat Filia telah dibuat polos oleh
Ricko dan terbaring lunglai di sofa. Badan Filia yang ramping mulus dengan buah
dadanya tidak terlalu besar, photomemek.com tetapi padat berisi, perutnya yang
rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta
gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang
terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap
menerima serangan-serangan selanjutnya dari Ricko.
Kemudian Ricko menarik Filia berdiri, dengan
Ricko tetap di belakangnya, kedua tangan Ricko menjelajahi seluruh lekuk dan
ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Filia, yang dengan
matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang
menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang
mungil setengah terbuka
Menunjukan Filia menikmati benar permainan dari
Ricko terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Ricko berada di semak-semak
kewanitaannya, sementara tangan lain Ricko meremas-remas puting susunya,
terlihat seluruh badan Filia yang bersandar lemas pada badan Ricko, bergetar
dengan hebat.
Saat itu juga tangan Lillian telah membuka
zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas
celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan
melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya
dia kutelanjangi.
Wow.., kulit badannya mulus seputih susu,
payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah
mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari,
kalau diadu besarnya senjataku dengan Ricko, tentu aku kalah jauh dan kalau aku
langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas
Jadi cara permainanku harus memakai teknik yang
lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya
yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai
menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.
Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan
kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah.
Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.
Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak
keenakan dengan suara keras,
” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara
tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku
terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat
bersamaan suara Filia terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh..,
aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak.
Tak tahu apa yang diperbuat Ricko pada istriku,
sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Filia sekarang telah telentang di atas
sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Ricko sedang berjongkok
diantara kedua paha Filia yang sudah terpentang dengan lebar
Kepalanya terbenam diantara kedua paha Filia
yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Ricko sedang mengaduk-aduk
kemaluan Filia yang mungil itu. Terlihat badan Filia menggeliat-geliat dan
kedua tangannya mencengkeram rambut Ricko dengan kuat.
Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina
Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya
terdengar erangan, “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan
nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku.
“Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”,
dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua pahanya
menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan
hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun
semakin deras, saat ia mencapai organsme.
Tubuhnya yang telah basah oleh keringat
tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku
yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak
lebih jauh.
Ketika aku menengok ke arah Ricko dan istriku,
rupanya mereka telah berganti posisi. Filia kini
telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat
menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Filia
bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian
bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Ricko.
Ricko mengambil posisi berjongkok di lantai
diantara kedua paha Filia yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat
terkejut juga melihat senjata Ricko yang terletak diantara kedua pahanya yang
berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20
cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya
membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Ricko memegang penis raksasanya itu,
serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Filia yang sudah sedikit
terbuka, terlihat Filia dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata
Ricko yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.
Kedua tangan Filia kelihatan mencoba menahan
badan Ricko dan badan Filia terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik
ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Ricko pada bibir vaginanya, akan
tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Filia dan tangan kirinya
tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Filia, sambil
mencium telinga kiri Filia, terdengar Ricko berkata perlahan, “Niinn.., maaf
yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya
menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan
pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh
penis raksasa Ricko itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan
kengiluan.
Ricko, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera
menekan penisnya ke dalam lubang vagina Filia yang telah basah itu, biarpun
kedua tangan Filia tetap mencoba menahan tekanan badan Ricko. Mungkin, entah
karena tusukan penis Ricko yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang
over size, langsung saja Filia berteriak kecil,
“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar
keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa
kesakitan. Kedua kaki Filia yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.
Kepala penis Ricko yang besar itu telah
terbenam sebagian di dalam kemaluan Filia, kedua bibir kemaluannya menjepit
dengan erat kepala penis Ricko, sehingga belahan kemaluan Filia terlihat
terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Ricko itu. Kedua bibir kemaluan
Filia tertekan masuk begitu juga clitoris Filia turut tertarik ke dalam akibat
besarnya kemaluan Ricko.
Ricko menghentikan tekanan penisnya, sambil
mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa..,
Niin!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan..,
yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan..,
diiterusiinn”.
Filia mencoba menjawab dengan badannya terus
menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Ricko.
“Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan
tolong katakan yaa.., kalau Filia masih merasa sakit”, sahut Ricko dan tanpa
menunggu jawaban Filia, segera saja Ricko melanjutkan penyelaman penisnya ke
dalam lubang vagina Filia yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya
dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala penisnya telah terbenam
seluruhnya di dalam lubang kemaluan Filia, terlihat muka Filia meringis, tetapi
sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya
terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Ricko bertanya lagi, “Niinn.., sakit..,
yaa?”, Filia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya
meremas bahu Ricko dan Ricko segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk
ke dalam lubang kemaluan Filia.
Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa
itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Ricko telah
terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Filia, terlihat Filia telah
pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Ricko, akan
tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa.
Ricko menekan lebih dalam lagi, kembali
terlihat wajah Filia meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat
menggeletar, tetapi karena Filia tidak mengeluh maka Ricko meneruskan saja
tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Ricko menekan seluruh berat
badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Filia
rapat-rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan
panjang dari mulut Filia, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi
sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat
ke atas menahan tekanan penis Ricko di dalam kemaluannya.
Ricko mendiamkan penisnya terbenam di dalam
lubang vagina Filia sejenak, agar tidak menambah sakit Filia sambil bertanya
lagi, “Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa
nikmat!”,
Filia dengan mata terpejam hanya menggelengkan
kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., kit!”, lalu Ricko mencium
wajah Filia dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Ricko bergerak
dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Filia dalam
pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan Filia
bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh..,
sshh.., sshh”, kedua kaki Filia bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat
pada pantat Ricko, Filia mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan.
Selang sesaat badan Filia terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar
pada pantat Ricko yang masih tetap berayun-ayun itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis
sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu
pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh
gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama dengan posisi tadi, hanya
saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Lillian
masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada
saat rudalku hendak menerobos masuk.
“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan
sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya.
“Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang
terpancar adalah ekspresi kepuasan.
Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan
gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian
setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin
kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh
pelumas vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.
“Ayo Dik.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi
leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam.., yaah”, aku perlu
bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku
dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam
lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lill.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku
kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian dengan erat dan penisku
terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan
maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian.
Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan
orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat maniku masih terus
memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat
dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang
keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami
orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang
hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain.
Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa
yang baru kami alami.
Aku kemudian mencabut senjataku yang masih
berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan isyarat agar ia menjilati
senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku
hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri
di samping Lillian.
Kini kami menyaksikan bagaimana Ricko sedang
mempermainkan Filia, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya
dikerjain Ricko, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Ricko terlihat
mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.
Mulai saat ini Ricko mengerjai Filia dengan sangat brutal dan kasar.
Filia benar-benar dipergunakan sebagai objek
seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Ricko menyakiti Filia, tetapi dilihat
dari ekspressi muka dan gerakan Filia ternyata tidak terlihat tanda-tanda
penolakan dari pihak Filia atas apa yang dilakukan oleh Ricko terhadapnya.
Ricko mencabut penisnya, kemudian dia duduk di
sofa dan menarik Filia berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Filia
ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Filia sambil
memegang belakang kepala Filia, dia membantu kepala Filia bergerak ke depan ke
belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Filia. Kelihatan Filia
telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh
Ricko, hal ini dilakukan Ricko kurang lebih 5 menit lamanya.
Ricko kemudian berdiri dan mengangkat Filia,
sambil berdiri Ricko memeluk badan Filia erat-erat. Kelihatan tubuh Filia
terkulai lemas dalam pelukan Ricko yang ketat itu. Tubuh Filia digendong sambil
kedua kaki Filia melingkar pada perut Ricko dan langsung Ricko memasukkan
penisnya ke dalam kemaluan Filia.
Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Filia
terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Ricko menerobos masuk ke dalam lubang
kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Filia terlihat seperti
anak kecil dalam gendongan Ricko. Kaki Filia terlihat merangkul pinggang Ricko,
sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Ricko.
Ricko berusaha memompa sambil berdiri dan
sekaligus mencium Filia. Pantat Filia terlihat merekah dan tiba-tiba Ricko
memasukkan jarinya ke lubang pantat Filia. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang
demikian serunya dari Ricko, badan Filia terlihat menggeliat-geliat dalam
gendongan Ricko. Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Ricko merasa capai, Filia diturunkan dan
Ricko duduk pada sofa. Filia diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan
kedua kaki Filia terkangkang di samping paha Ricko dan Ricko memasukkan
penisnya ke dalam lubang kemaluan Filia dari bawah.
Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis
raksasa Ricko memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Filia yang kecil dan ketat
itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Ricko menyentuh paha Filia. Kedua
tangan Ricko memegang pinggang Filia dan membantu Filia memompa penis Ricko
secara teratur, setiap kali penis Ricko masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke
dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya
keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Ricko. Mereka
melakukan posisi ini cukup lama.
Kemudian Ricko mendorong Filia tertelungkup
pada sofa dengan pantat Filia agak menungging ke atas dan kedua lututnya
bertumpu di lantai. Ricko akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah
posisi yang paling disukai oleh Filia.
Dari belakang pantat Filia, Ricko menempatkan
penisnya diantara belahan pantat Filia dan mendorong penisnya masuk ke dalam
lubang vagina Filia dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya
amblas ke dalam vagina Filia.
Jari jempol tangan kiri Ricko dimasukkan ke
dalam lubang pantat. Filia setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk
mendapat serangan Ricko yang dahsyat itu. Badan Filia dicoba ditarik ke depan,
tapi Ricko tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan
Filia dan mengikuti arah badan Filia bergerak.
Filia benar-benar dalam keadaan yang sangat
nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi
teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Ricko mencapai payudara Filia dan mulai
meremas-remasnya.
Tak lama kemudian badan Filia bergetar lagi,
kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar,
“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Filia mencapai orgasme lagi, saat bersamaan
Ricko mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada
bongkahan pantat Filia, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Filia
dari belakang.
Sementara badan Filia bergetar-getar dalam
orgasmenya, Ricko sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan
Filia, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada
di dalam lubang vagina Filia ikut berputar-putar mengebor liang vagina Filia
sampai ke sudut-sudutnya.
Setelah badan Filia agak tenang, Ricko mencabut
penisnya dan menjilat vagina Filia dari belakang. Vagina Filia dibersihkan oleh
lidah Ricko. Kemudian badan Filia dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Ricko
memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Filia ikut aktif membantu
memasukkan penis Ricko ke vaginanya.
Kaki Filia diangkat dan dilingkarkan ke
pinggang Ricko. Ricko terus menerus memompa vagina Filia. Badan Filia yang
langsing tenggelam ditutupi oleh badan Ricko, yang terlihat oleh saya hanya
pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Ricko.
Kadang-kadang terlihat tangan Filia meraba dan
meremas pantat Ricko, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat
Ricko. Gerakan pantat Ricko bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat
penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Filia,
tiba-tiba,
“Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup
keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Ricko menekan habis
pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Filia ke sofa, sehingga penisnya
terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Filia, pantat Ricko terkedut-kedut
sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Filia
Sambil kedua tangannya mendekap badan Filia
erat-erat. Dari mulut Filia terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm..,
hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit,
Ricko kemudian merebahkan diri di atas badan Filia yang tergeletak di sofa,
tanpa melepaskan penisnya dari vagina Filia. Filia melihat ke saya dan
memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.
Aku tidak bisa melihat ekspresi Ricko karena terhalang olah tubuh Filia. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Filia mengalir cairan mani. Kemudian Filiapun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Ricko dengan mulutnya, itu membuat Ricko mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.,,,,,,,,,,
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar